Pada suatu hari, di Hutan Barbosa , tinggal seorang bocah laki-laki berumur 2 tahun bernama Niore dengan ibunya. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil jauh dari desa. Sayangnya, karena ulah ayah dari anak tersebut, mereka terkenal keluarga pembunuh monster. Mereka terusir dari desa hingga tinggal di dalam Hutan Barbosa. Penduduk desa mengusir karena kepercayaan penduduk desa tentang Monster Sahuagin yang menguasai pulau ini. Karena ulah ayah Niore, Monster itu mengetahui lokasi desa. Monster itu setiap tahun selalu menculik 15 orang dari penduduk desa untuk ia makan. Karena masalah itu, penduduk desa mengasingkan keluarga Niore ke hutan. Ayah Niore pun marah dan bergegas menuju desa. Ayah dari Niore pun bersumpah kepada penduduk desa "Aku bersumpah untuk membunuh Monster Sahuagin dan membalaskan dendam para penduduk, jika Monster Sahuagin terkalahkan, kembalikan keluargaku hidup tentram di desa ini". Setelah bersumpah ayahnya memberika satu pedang legendaris miliknya kepada ibu Niore. Sungguh menyedihkan hidup Niore dan ibunya karena hidup sendiri ditinggal ayahnya dan dijauhi penduduk desa.
Setelah ditinggal ayahnya, ibunya mencari makanan dengan membunuh monster-monster yang ada di Hutan Barbosa tersebut. Setelah Niore berumur 6 tahun, ibunya mengajarkan Niore untuk mencari makan sendiri di Hutan Barbosa dan menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya. Niore diajarkan menggunakan panah bambu, dan pedang legendaris "Sword of Spectre" milik ayahnya. Karena sudah terbiasa menggunakan 2 senjata tersebut, dengan semangat, Niore memutuskan untuk berkeliling Hutan Barbosa dan membunuh monster-monster besar yang ada di Hutan Barbosa tersebut dan mencari ayahnya.
Setelah 10 tahun Niore menelusuri Hutan Barbosa, terlihat pesisir pantai dengan pasir putih yang indah disana. Tanpa berfikir panjang, Niore pun segera menuju pantai tersebut. Setelah hampir 3 jam menyusuri pantai tersebut, Niore melihat goa besar dengan suara air yang menetes cukup keras. Niore pun goyah untuk memasukinya. Ia takut karena goa ini cukup besar, dan ia berfirasat terdapat monster sangat besar di dalamnya. Setelah berfikir lama, ia pun masuk dengan keberanian diri dan kepercayaan diri yang kuat karena ingin bertemu ayahnya. Ia masuk dengan membawa panah bambu milik ibunya dan pedang legendaris "Sword of Spectre" milik ayahnya. Saat cahaya senja mulai redup, pedang legendaris "Sword of Spectre" milik ayahnya pun bersinar. Sinar dari pedang tersebut sangat terang. Ia pun terkejut melihat pedang yang dibawanya. Niore menyusuri goa dengan pelan-pelan, berhati-hati agar monster tidak menyerangnya dari belakang. Suara tetesan air tersebut semakin lama semakin pelan, karena jarak Niore dan tempat air menetes itu semakin dekat. Setelah 1 jam menyusuri goa, Niore melihat pedang yang mirip dengan pedang legendaris milik ayahnya tersebut. Tetapi, pedang yang dibawa Niore berwarna biru dan pedang yang Niore lihat berwarna fuchsia. Niore pun bergegas mengambilnya. Sebelum mencapai pedang tersebut, Niore melihat lukisan monster sangat besar yang dipahat di tembak goa di dekat tetesan air tersebut. Monster itu berkaki dua, bertangan empat, dan memiliki tubuh bersisik seperti ikan. Monster ini membawa dua buah tombak besi yang terlihat sangat kuat dengan tiga penusuk diatasnya. Niore pun ingat dengan cerita ibunya jika monster ini bernama Monster Sahuagin. Monster yang sangat ditakuti penduduk desa. Niore pun berpendapat jika ayahnya berada disini karena terdapat pedang yang mirip dengan miliknya. Ia pun memanggil ayahnya "Ayah, aku disini, anakmu yang telah engkau tinggalkan 14 tahun lamanya". dan panah pun melesat di depan Niore dan menancap di tanah dengan sebuah surat kecil. Di dalam surat itu berisi kata-kata "pergi". Niore pun dengan terkejut saat membaca, ia bergegas pergi dan mengambil pedang milik ayahnya. Saat ia bergegas pergi, Niore dihadang Monster Sahuagin di belakangnya. Dengan reflek yang cepat, Niore mengeluarkan 2 pedang legendaris sekaligus. Tanpa berfikir lama ia menyerang Monster Sahuagin dengan tehnik cepat milknya. Monster itu sangat cepat dan lincah sehingga mampu menangkis semua serangan Niore. Setelah lama bertarung Niore mendapat beberapa luka kecil, dan sangat kelelahan. Lalu ayahnya meloncat menuju Niore. Dengan mengacungkan pedang legendaris panjang dengan sinar berwarna emas, ayah Niore berteriak "Hei ikan busuk, apa yang kau lakukan dengan anakku" Monster Sahuagin pun menjawabnya "Oh, ini adalah anakmu, matilah kau berdua ditanganku" Lalu ayah Niore menarik Niore dan bertarung satu lawan satu dengan Monster Sahuagin tersebut. Di belakang pertarungan, datanglah seorang laki-laki bermuka mulus dan menculik Niore. Niore pun sudah tidak bisa bergerak lagi karena luka yang didapatkan ternyata beracun. Lalu laki-laki tersebut berkata "Diamlah, aku Lucas, teman dari ayahmu, aku seorang penyembuh" "Setelah ini klan kami akan membunuhnya". Dengan terkejut Niore menanyakan Lucas "Klan ? Apa yang engkau maksud dengan klan". Lalu Lucas menjelaskan semua jika ayah Niore sedang merencanakan penyerangan penyerangan dengan membentuk klan yang bernama Klan Nobutomo. Klan ini berisi ayah Niore, Bounaugurio(Boug) sang ahli pedang, lalu si bersaudara Nobunaga dan Nobuhide sang samurai pembunuh, Lucas sang penyembuh, lalu Deadholk sang goblin peledak. Tetapi, Nobunaga, Nobuhide, dan Deadholk masih dalam perjalanan. Lalu, Niore pun ingin bergabung dengan klan ini. Setelah melalui proses penyembuhan. Niore dan Lucas berlari menuju pertarungan satu lawan satu ayahnya. Dan ternyata, Monster itu sedang melawan Boug, Nobunaga, Nobuhide, dan Deadholk. Dengan berlari Lucas mengucapkan mantra penyembuhan sekaligus. Akhirnya luka mereka sembuh dengan sendiri kembali. Mereka pun bertarung lagi, setelah lama sekali pertempuran, Monster Sahuagin memotong tangan kiri Niore dan putus. Lalu Niore mengambil pedang dari gengaman tangan kirinya dengan tangan kanan. Tanpa sengaja, Pedang itu bergabung menjadi satu. dengan sinar putih yang sangat mngkilau, monster itu terkejut. Dan kurang dari tiga detik pun Niore menusuk Monster Sahuagin itu tepat di keningnya. Dan tanpa sadar pedang itu berubah menjadi pedang legendaris yang mitosnya sangat langka. Nama pedang itu adalah Mhytical Sword of Sacred Spectre. Mereka pun bergembira dan merayakan kemenangan atas monster itu.
Esoknya mereka datang ke desa dengan membawa mayat dari Monster Sahuagin itu. Lalu meminta Ketua penduduk desa tersebut untuk membuatkan panggangan besar untuk perayaan di Desa tersebut. Saat perayaan itu dilaksanakan, Ketua desa tersebut, mempromosikan Klan Nobutomo sebagai klan pelindung di pulau ini. Ketua desa pun tidak lupa membuatkan patung pahlawan dari anggota klan Nobutomo tersebut sebagai sejarah yang tidak akan dilupakan di desa itu. Akhirnya Niore, Boug dan keluarganya dapat hidup tentram di desa kembali.
Niore dan Mhytical Sword of Sacred Spectre
Touring Become Rally
Tanggal 9 Mei 2015, hari dimana pengumuman SNMPTN akan diumumkan. Setelah mengikuti tes tulis STIS kami berlima, Saya, Ebil, Nawir, Galih, dan Ijul, memutuskan untuk jalan jalan ke kota Gresik. Galih mengajukan pendapat untuk tinggal di rumahnya. Tanpa berpikir panjang kami berencana tinggal di rumah Galih.
Di malam hari, setelah kami sholat maghrib, kami berlima melihat pengumuman SNMPTN, dan hasilnya tidak memuaskan. Dari kami berlima, hanya satu yang diterima di jalur ini. Dengan hati berat kami pun berangkan tanpa memikirkan hal tersebut.
Di perjalanan, suasana dingin, dan banyak nya bintang menghiasi suasana perjalanan kami. 3 jam telah berlalu, kami sampai di depot dekat dengan Rumah Galih. Setelah makan, kami langsung menuju rumah Galih. Sesampai di rumah Galih, kami masih disuguhi makanan oleh neneknya Galih. Disitu kami memulai berbincang-bincang dengan beliau. Setelah berbincang-bincang cukup lama. Kita diantar menuju kamar. Dan dikamar kita masih tetap berbincang-bincang membahas masa-masa kita kelas 10 dan masalah suporter SMAN 20 Surabaya. Setelah saya bosan mendengarkan masalah mereka, saya pun tertidur.
Kami bangun pukul 4 dan merencanakan untuk pergi ke Bukit Jamur, Gresik setelah makan pagi. Akhirnya adzan shubuh pun berkumandang. Kami pun sholat di masjid terdekat. Setelah sholat shubuh, kita olahraga pagi sekaligus membeli makan. Lalu kami kembali ke rumah Galih. Setelah makan kami langsung bersiap-siap menuju Bukit Jamur.
Dalam perjalanan dengan bantuan GoogleMaps. Kami di arahkan melewati Betoyo. Karena Betoyo, yang awalnya kita bermaksud Touring menjadi Rally, karena kondisi jalan yang sangat mengecewakan. Jalan di Betoyo sangat curam, sungguh kasihan sekali nasib motor kita.
Setelah sekian lama waktu berlalu, Akhirnya kita sampai juga di Bukit Jamur. Dan sungguh kecapekan kita sangat tidak terbalaskan, karena teriknya matahari dan keramaian di Bukit Jamur tersebut. Tapi, mau bagaimana lagi, kita disini bukan mencari tempat wisata, tetapin kita mencari kekeluargaan kita, kekompakan kita sejak kelas 10 SMA.
Terimakasih kawan, kalian sahabat terbaikku. Aku harap kita bisa jalan jalan kembali tetapi tidak di Gresik lagi.
Iklan ? Menurut saya iklan itu...